Desentralisasi pengolahan limbah padat rumah tangga menggunakan teknologi biodrying
Abstract
Pengolahan limbah padat rumah tangga dengan cara dibakar maupun landfill saat ini sudah tidak optimal. Ketersediaan lahan tempat pemrosesan akhir (TPA) sudah kritis, mencari alternatif TPA baru pun akan sulit dan mahal terutama di kota besar. Teknologi biodrying merupakan pengelolaan limbah padat dengan sistem desentralisasi, dimana limbah padat akan mengalami biokonversi mekanikal-biologikal. Pada prakteknya, reaktor biodrying memproses limbah padat dengan kadar air tinggi yang sudah dicacah dan menghasilkan output limbah padat kering sebagai bahan bakar pengganti batubara. Panas yang dihasilkan dari proses dekomposisi aerobik senyawa organik dikombinasikan dengan udara berlebih berfungsi mengeringkan limbah padat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah padat rumah tangga yang terdiri dari limbah makanan, daun, kertas, dan plastik memiliki kadar air awal sebesar 66,24 %. Penambahan debit aerasi 2 liter/menit menghasilkan kenaikan suhu maksimum 44°C pada jam ke-29 dan bertahan sampai jam ke-39. Kadar air turun menjadi 62,18 % setelah diaerasi selama 110 jam. pH lindi yang dihasilkan mengalami kenaikan dari 6,07 (asam) menjadi 8,27 (basa). Parameter emisi udara NO2 mengalami penurunan dari 0,187 µg/Nm3 menjadi 0,008 µg/Nm3. Nilai ini hampir mendekati kadar NO2 udara ambien sebesar 0,006 µg/Nm3. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses biodrying selama 5 hari mampu menaikan pH menjadi basa dan emisi udara NO2 rendah. Kadar air limbah padat perlu diturunkan lagi sampai <20 % agar dapat dibakar dengan baik.